Percayalah, bahwa kenyataan yang terjadi 'lebih berat' dari judul diatas.
- Pernah dengar, kasus penggusuran SMPN 56 Jakarta yang bangunannya digusur karena lahannya mau dibikin Mall, lalu salah seorang Guru yang melawan malah divonis penjara 16 tahun 9 bulan?
- Sudah tahu kan, kalau koruptor kelas kakap malah hanya divonis 4 tahun penjara? (Belum dikurangi potongan-potongan saat momentum hari kemerdekaan, hari raya, yang PASTI mereka dapatkan setiap tahun)
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan acara berita di televisi yang menghadirkan hasil survey kepuasan masyarakat Indonesia selama satu tahun presiden dan wakilnya menjabat, dalam survey itu ditunjukkan kepuasan masyarakat meningkat pesat dalam hal "Penegakkan Hukum" - dibilang lah, bahwa kinerja pemimpin kita dalam membarantas ketidak-adilan hukum berkembang pesat.
Scroll up lagi ke cuplikan artikel yang saya kutip diatas.
Oh. Timpang sekali bukan?
Enggak perlu repot-repot melihat fenomena ini pakai kacamata hukum atau ilmu yang terlalu tinggi. Saya melihat ini dari kacamata orang yang paling awam. Logikanya, kenapa orang yang cuma ingin mempertahankan haknya-yang tidak menganggu hidup orang lain-yang tidak menyebabkan orang lain jadi miskin- malah dihukum sangat berat, bahkan jauh lebih berat daripada.....
Orang yang kita semua udah tahu kalau dia salah satu penyebab kemiskinan di negara ini-yang gara-gara dia kita jadi gak bisa nikmatin jalanan bagus dan armada bus yang mencukupi-yang gara-gara dia negara ini rugi bermiliar-miliar rupiah-yang karena dia sehingga nggak semua anak-anak indonesia bisa nge-tweet apalagi main game online.
KE
NA
PA?!
Setiap kita makan di restoran, beli aksesoris di toko berwarna pink itu, jajan slurpee, nonton di twenty-one, dan lain lain, uang kita selalu terpakai buat bayar pajak loch! Kita bayar pajak itu, demi nilai mulia berjudul "membangun negara", tapi diluar sana orang-orang tanpa perasaan malah tanpa malu memakai uang kita buat kepentingan mereka sendiri. Ingatkah mereka, bahwa ada ratusan anak-anak Sekolah Menengah Pertama di Jakarta yang harus belajar di trotoar jalanan sambil memandangi bekas bangunan sekolahnya digusur, dan sesaat lagi akan tergantikan dengan bangunan Pusat Perbelanjaan yang katanya berdevisa tinggi untuk sang Ibukota. Tepatnya, untuk sang pejabat yang memegang kewenangan atas segala izin yang menyelimuti proyek tersebut.
Yang mana yang bisa disebut dan membuat kita percaya seratus persen, bahwa Penegakkan Hukum di negara kita ini sudah membaik? Entah saya yang terlalu lelah atau buta, terlalu bosan atau tuli, sehingga tak mendengar apalagi merasa iming-iming harum bernama Hukum yang tegak. Atau jangan-jangan, yang disurvey dan yang mensurvey sudah ikut-ikutan main 'suap'?. Sebut saja ini model baru pengelabuan. Ujung-ujungnya membuat kita bimbang, mana yang 'masih' bisa dipercaya?
Jika benar, kalau orang-orang berdasi yang duduk di gedung mewah itu, - yang asik blackberry messenger-an sambil rapat, yang ada di ruang pengadilan, yang sedang webcam-an sambil menunggu jam istirahat habis, - memiliki pengetahuan karena pendidikan yang lebih tinggi dari kita, MANA BUKTINYA?
Kalau memilah-milah mana yang pantas dikenakan sanksi mana yang tidak, mana yang harus dipentingkan dan diabaikan, mengkategorikan kebutuhan rakyat yang benar-benar mendesak dan yang tidak betul-betul butuh- saja tidak becus, mau dikemanakan janji-janji manis lainnya yang mereka umbar lewat banner dan baleho yang mengotori jalan saat musim kampanye?
Kalau peristiwanya selalu begini, bagaimana orang-orang mau pada takut lalu taat dengan yang namanya Hukum? Yang katanya merupakan Tuhan negara nomor dua, selain Presiden.
Lalu,
kenapa tidak anak-anak muda seusia kita saja yang memimpin bangsa ini?
Buktinya kita jauh lebih pintar, punya prinsip, lebih sosialis, dan bisa berhitung dibanding mereka yang lagi dan terus-terus mengecewakan. Kita enggak perlu dasi, atau mobil ferarri serta fasilitas komunikasi senilai EMPAT BELAS JUTA sebulan kok. Kita cuma butuh.....
KESEMPATAN.
Kapan kita berhenti dikelabui, dibohongi, dan dikecewakan seperti ini?!
@clubSPEAK's office
_NR_
No comments:
Post a Comment