Wednesday, January 6, 2010

Kalau Aku Jadi MENKOMINFO ( Ini bukan sekedar khayalan biasa! )

( Pembenahan Kecil di Dunia Maya, Berdampak Besar Bagi Kesejahteraan Bersama )

Pastinya syukuran dan potong tumpeng, dong! Hehehe…

Kalau bicara mengenai komunikasi dan informatika, pasti deh ujung-ujungnya ke Internet alias peradaban dunia maya yang makin lama makin berkembang pesat. Ya iya lah! Secara nih ya, jaman sekarang, dari pelajar, pengusaha, sampai ibu-ibu rumah tangga, mayoritas pada melek Internet semua! Chatting sama sahabat di luar negeri, cari bahan tugas, cek kurs dollar, bahkan belanja baju sekali pun, semua bisa lewat Internet! Ya kan? ( Tenang, saya tidak dibayar oleh provider Internet manapun, untuk tulisan ini. Hehehe… )

Nah, dengan semakin populernya ajang berkomunikasi dan mencari informasi via Internet ini, masyarakat jadi berlomba-lomba untuk sebisa mungkin rutin main Internet tiap hari. Apalagi, dengan adanya fasilitas Hotspot alias Free WiFi dimana-mana. Di cafĂ© dan restoran, hotel, kampus serta gedung sekolah juga! Memudahkan sih, udah gitu…. Gratis pula. Tapi, pernah terbayangkan nggak? Efek buruk dari terdapatnya fasilitas Hotspot dimana-mana, khususnya di kampus dan sekolah-sekolah.

Berikut salah satu contoh kasus dan efek buruk yang lumrah terjadi :

Jika dalam satu area Hotspot di sebuah kampus, terdapat sepuluh mahasiswa yang sedang berselancar Internet. Tujuh diantaranya, sedang ber-aji-mumpung. Mumpung gratis, puas-puasin deh chatting sambil download lagu atau file-file “kesenangan” berkapasitas memori besar. Sementara tiga mahasiswa lainnya, menggunakan fasilitas Internet memang benar-benar untuk kepentingan studi, cari bahan skripsi misalnya. Kebayang dong, betapa leletnya koneksi Internet area tersebut saat lebih banyak digunakan untuk download dan lain-lain. Kan kasihan, mahasiswa lain yang sedang buru-buru mencari bahan tugas, sudah ditunggu dosen, waktu mepet, tapi masih kudu mengahadapi koneksi yang LoLa alias Loading-nya Lama. Sementara, yang lagi asyik Facebook-an sambil download video dari Youtube mah, tenang dan senang-senang aja. [EFEK : PEMBOROSAN WAKTU, DAN KETIDAKADILAN ANTAR PENGGUNA INTERNET. ]

Untuk mengurangi efek buruk tersebut, ada baiknya kita menggunakan sistem pembatasan waktu memakai fasilitas Hotspot. Jadi, setiap orang ( dihitung per-laptop ) hanya boleh ber-Hotspot ria selama maksimal tiga jam. Melebihi itu, koneksi Internet akan diputus secara otomatis dan baru bisa digunakan lagi tiga jam kemudian. Maka, para mahasiswa bakalan lebih efisien memanfaatkan waktu untuk kepentingan-kepentingan studi, daripada untuk kesenangan semata. Hal ini berdampak juga buat lingkungan loh, soalnya semakin lama orang menyalakan laptop dan juga alat komunikasi lainnya, semakin banyak juga energi listrik yang terbuang.

Ada lagi nih, yang mau aku benahi jika aku menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika. Yaitu : Menghapus sistem MaDing alias Majalah Dinding di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.

Hmm… untuk pembenahan yang satu ini, agaknya butuh kerjasama dengan Menteri Pendidikan nih! Hohoho.
Sekolah sepupuku, di bilangan Jakarta Timur, menyediakan papan MaDing di setiap kelas. Baca : SETIAP KELAS. Artinya, kalau kelas tiganya ada sembilan ruangan ( 3a, 3b, 3c, dan seterusnya ), ya sembilan-sembilannya itu punya papan MaDing sendiri-sendiri. Pemborosan? Sudah jelas, lah. Apalagi biasanya, papan-papan MaDing yang menyesakki dinding sekolah itu tidak berfungsi dengan baik, kebanyakan kosong atau malahan berisi tulisan-tulisan dan gambar-gambar “tak berbobot”. Sayang kan? Coba deh, untuk membuat satu buah papan MaDing, kita butuh kaca, butuh kayu pembingkai. Untuk bahan isinya, pastinya kita buang-buang kertas deh, tempel-cabut, tempel-cabut… Nah, jika dalam satu sekolah tersebut terdapat dua puluh tujuh papan MaDing, wah… nggak kebayang deh betapa banyaknya ya pohon yang ditebang?. Akhirnya, bakalan tambah luas aja, area hutan gundul di Negeri kita. [ EFEK : PEMBOROSAN HASIL ALAM YANG DAPAT MERUSAK LINGKUNGAN. ]

Daripada boros-boros sampai merusak lingkungan begitu, mending setiap sekolah bikin website aja! Biayanya jauh lebih terjangkau, cuma sekitar dua ratus ribu pertahun ( iuran ke web hosting dan biaya sewa web designer ). Di dalam website itu, setiap kelas punya site sendiri-sendiri. Yang bisa difungsikan sebagai pengganti MaDing untuk mewadahi karya, atau memuat informasi-informasi penting. Semua siswa diperbolehkan mengakses website tersebut saat waktu istirahat dengan komputer umum yang khusus diletakkan di tengah-tengah koridor sekolah, dan hanya untuk mengakses website sekolah atas dasar kepentingan-kepentingan umum. Kalau takut para siswa menyalahgunakan komputer umum tersebut untuk kepentingan pribadi seperti update status twitter, dan lain lain, ya tinggal blokir aja situs-situs tersebut! Aman deh! Kalau pake sistem website begini, kita nggak hanya memanfaatkan dengan baik fasilitas modern yang pemerintah sediakan bernama Internet, tapi kita juga sudah berhasil mengurangi perusakkan iklim dan pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi kelangsungan hidup bersama.
Dengan memberlakukan beberapa sistem-sistem baru nan ciamik seperti diatas, diharapkan bakalan banyak banget perubahan ke arah positif dalam dunia komunikasi dan informatika Negara kita. Ini juga bisa berarti, kalau untuk jadi insan yang selalu up-to-date soal informasi-informasi terkini, nggak perlu deh sampai melakukan pemborosan apalagi perusakkan alam.

Bukan begitu, saudara-saudara?!

Jika anda ingin perubahan? Pilihlah aku untuk jadi Menteri Komunikasi dan Informatika berikutnya! Hohoho ^_^