Hari ini adalah hari terakhir puasa tahun 2010, dan gue merasa tahun ini adalah tahun ter-afdol.
Kenapa?
Karena...
Gue berhasil menurunkan egoisme, gengsi, dan rasa "nggak salah apa-apa" dengan bisa berbaikkan dengan salah satu teman lama gue yang setahun lalu resmi "musuhan". Gue inget banget, awal bendera perang itu dikibarkan ialah oktober tahun lalu. Dan nggak nyangka, bendera itu bisa gue turunkan dalam waktu satu tahun kurang satu bulan. Hmm...
Awalnya dari Twitter (Oh that's a really communication site who blessed, :P), gue lihat timeline 'dia' dan timelinenya kak Anton (sahabat gue). Mereka lagi "ngomongin" gue. Ngomongin baik sih, ngomongin perkembangan gue dari hari ke hari. Jujur. Gue terharu.
Terus akhirnya gue memberanikan diri buat negor 'dia' duluan, follow dan ngucapin minal aidin. Voila! Dia bales mention gue dan followback gue juga. Akhirnya kita malah cerita-cerita deh soal kesibukkan masing-masing dan saling tukeran info. So wonderful!
Sesaat setelah tweeting sama dia, gue pun sadar. Ternyata nggak susah kok, buat maafin orang lain (dengan benar-benar tulus). Nggak perlu ucapan berlebihan tapi kalau kita tulus dan niat pengen orang itu maafin kita, Tuhan pasti tahu. Dan akhirnya... harapan kita dikabul.
It's not just about moment or words.
Pengalaman gue hari ini berasa beneran nyambung dengan momentum lebaran dan maaf-maafan, tapi bukan itu yang sesungguhnya ingin gue ambil. Gue cuma pengen berhasil membuat kalian sadar, bahwa memaafkan atau pun meminta maaf, adalah tugas kita. Tanpa diminta, tanpa perlu momentum hari raya.
Gue sih nggak mau sok suci juga ya, pasti ada beberapa kesalahan orang-orang yang nggak bisa gue lupakan. Tapi, bukan berarti nggak gue maafkan. So, forgiven it doesn't mean forgotten. Dan menurut gue, itu sah-sah aja kok :)
Eid Mubarak, Moslems!
Forgive all my mistake and sins, if you may :)
Untuk anda yg merayakan : met idul fitri, untuk anda semua : saya mohon maaf lahir-batin apabila selama ini ada kekeliruan. Tuhan memberkati...
xoxoxo
@niniesrina