Entah kenapa rasanya ada sensasi tersendiri saat saya mulai berfikir hal-hal diluar yang biasa saya pikirin. Nge-tweet, tweetnya banyak direspon, DM berumunculan, di BUZZ di YM!, sampai dicap yang 'nggak-nggak' sama teman akibat statement saya yang berbunyi : "Memang bangga ya, ketika lo hanya beorientasi pada Surga?"
Well, nggak ada yang salah dengan Berorientasi Surga tersebut. Se-nggak ada salahnya dengan ungkapan saya diatas.
Saya adalah tipe orang yang menganggap hidup adalah arena bermain. Arena bermain yang tak sesempit Timezone, tak semahal Disneyland, dan tak semegah Trans Studio di Makassar. Tapi, di 'arena bermain' bernama hidup, semua lengkap tersedia. Lo bisa jadi orang yang sosialis ketika lo jadi volunteer di organisasi sosial. Lo bisa jadi orang yang 'terkenal' dengan meng-upload video lo di Youtube. Lo juga bisa jadi orang yang diberkahi Tuhan dengan rajin sholat lima waktu, pergi ke gereja setiap minggu, beribadah di Pura atau Vihara.
Hidup, memberikan semua yang lo mau. Lo butuhkan.
Atau bahkan, ketika lo sedang tidak mau apa-apa. Sedang tidak butuh apa-apa. Hidup akan menjawab 'iya' dan menuruti semuanya.
Tapi, yang saya lihat belakangan ini ; ada beberapa orang yang seperti sudah nggak cinta lagi sama hidupnya. Bukan! Bukan mereka yang loncat di pusat perbelanjaan gara-gara masalah percintaan. Bukan juga mereka yang minum obat pembasmi serangga karena masalah keluarga.
Yang saya sebut sebagai orang yang tidak cinta lagi sama hidupnya adalah : orang yang sangat pusing memikirkan Surga. Mempersiapkan Surga sebaik yang dia pikir. Tapi lupa, bahwa Hidup jauh lebih panjang-berliku-susah-nan banyak tantangan ketimbang nanti, kalau lo memang beneran jadi penghuni Surga.
Sepertinya semua yang dilakukan di hidup ini hanya untuk Surga. Menghalalkan segala perbuatan yang dianggap benar demi Surga. Mengenyampingkan semua urusan di dunia, yang bersinggungan dengan manusia, hanya demi Surga.
Menurut saya, nggak ada hal paling cela sedunia, selain orang yang menganggap orang lain salah, sehingga nggak pantas masuk Surga.
Oke. Tarolah semua orang pengen masuk Surga. Tapi ya haloooo Surga itu bukan Dufan yang lo mesti ngantri seharian demi bisa main Istana Boneka lho. Surga bukan Konser Maroon 5 yang lo mesti dulu-duluan beli tiket, karena dalam kurun waktu 1 jam tiket itu akan ludes des des. Surga juga bukan antrian jadi CPNS yang menuntut lo mesti punya modal banyak, link yang kuat, dan dukun sakti mandraguna supaya bisa lolos jadi PNS beneran. Surga tidak butuh orang-orang yang 'bermodal banyak' seperti halnya kalo lo mau jadi Anggota DPR!
Bagi saya, Surga bukan sistem seketat seleksi SIMAK UI yang cuma nyediain beberapa bangku untuk sekian ribu orang yang mau kuliah. Surga juga nggak se-limited kapasitas sebuah workshop gratisan kok.
Lo dukung Sunat Perempuan yang padahal nggak baik buat kesehatan Perempuan dan nggak terbukti dianjurkan Agama, demi Surga. Lo menjauh dari kawan-kawan lo yang Homo dengan alasan nanti lo nggak bisa masuk Surga. Lo umbar-umbar bahwa Kesetaraan Gender adalah budaya barat yang menjauhkan manusia dari Surga, demi lo bisa masuk Surga.
Memang siapa yang bisa menjamin lo akan masuk Surga dengan tindakan-tindakan diatas? Siapa?
Please Guys, why don't you more appreciating your life and respect others, than you use your life only for focusing on 'how to get a golden ticket to Heaven?'. Come on...
Hidup dan Surga adalah dua hal yang berbeda menurut pandangan saya.
Hidup adalah proses lo menjalani kehidupan. Dan Surga, adalah sesuatu yang masih blur, lo nggak tahu akan ngapain disana, dan segala 'perjuangan' yang lo lakukan-lo nggak akan pernah tahu apa benar itu akan membuat lo masuk Surga. Ingat, kita nggak punya timbangan pengukur amal dan dosa. Kita nggak punya detektor untuk menentukan mana orang yang pantas masuk Surga. Bahkan kita nggak tahu surga tuh bentuknya gimana. Kita nggak akan pernah tahu.
_NR_
22 04 11