Monday, March 14, 2011

Peraturan



Sejujurnya, sebagai anak muda, saya tidak terlalu suka diatur-atur. Disuruh membaca daftar panjang berisi hal-hal yang harus dipatuhi. Atau mendengar ceramah seseorang terkait pasal-pasal 'harus begini' dan 'tidak boleh begitu'.

Sejujurnya pula, saya gak enggak terlalu suka menggunakan gelar saya sebagai 'anak muda' sebagai excuse untuk melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Misalnya saat terlambat datang ke sebuah pertemuan "biasalah, namanya juga anak muda....". Menurut saya tidak tepat waktu ya tidak tepat waktu, pasti bikin jengkel orang yang tepat waktu. Mau anak muda atau anak tua, tetap saja itu mengganggu.

Dalam berbagai sisi kehidupan yang kita lalui setiap hari, pasti selalu ada peraturan disana. Disadari atau tidak. Seperti menyeberang harus lihat kanan-kiri dulu, lalu menjulurkan tangan untuk menyetop kendaraan. Itu pasti sudah otomatis, reflek kita lakukan ketika mau menyeberang. Membuat tata cara itu terdengar seperti peraturan. Padahal, tidak pernah ada papan bertuliskan tata cara itu dipajang di pinggir jalan, sebagai panduan untuk menyeberang.

Lalu, peraturan berasal dari kebiasaan lain adalah ketika kita mengucapkan "Terima Kasih" ketika menerima sesuatu, misalnya tiket kereta dari petugas loket, atau uang kembalian dari kasir supermarket. Padahal, disana, tidak pernah ada kertas peraturan bertuliskan "Harap ucapkan Terima Kasih!"

Ditengah begitu banyaknya peraturan-peraturan dalam kehidupan sehari-hari yang berbasis, kebiasaan. Sayangnya, nggak banyak dari kita yang 'terbiasa' atau 'terperaturankan' untuk tidak mengatur-ngatur orang lain.

Mengatur orang untuk setuju dengan pendapat kita, mengatur orang untuk pindah ke jalur dimana kita berada, mengatur orang untuk meninggalkan pilihannya dan beralih ke pilihan yang kita sarankan.

Kenapa kita juga, jarang sekali, 'tunduk pada peraturan' bicara jujur, jangan korupsi, atau jangan mendiskriminasi.

Padahal, jika memang benar peraturan dibuat agar terciptanya hidup yang lebih baik, kenapa justru 'peraturan-peraturan' diatas hampir tidak pernah dibiasakan? Dan kenapa peraturan seperti 'jangan menggunakan kursi lipat di kereta' tidak diindahkan, lalu tetap menyebabkan banyak orang kehilangan haknya untuk berdiri dengan nyaman? Kenapa masih saja ada kendaraan selain Bus Transjakarta yang masuk ke jalur Transjakarta, padahal peraturan itu terpampang dengan sangat jelas?

Melihat kondisi bahwa begitu banyaknya 'peraturan' yang dilanggar dan merugikan banyak orang. Kenapa tidak kita buat saja, 'peraturan untuk tidak memberlakukan peraturan' ?


_NR_

14 03 11

No comments:

Post a Comment